Senin, 11 April 2016

MASJID JAMI "AL-ATIIQ"





Masjid Jami’ Al-Atiiq adalah salah satu masjid yang terdapat di Kota Salatiga. Masjid Jami merupakan masjid pertama dan terbesar yang terdapat di Kota Salatiga. Nama ‘Jami’ untuk masjid ini memiliki arti ‘jamaah’, jadi masjid Jami ini merupakan masjid untuk jamaah.  Masjid Jami berdiri pada wilayah Kauman, tepatnya di Jl. KH. Wahid Hasyim 2 Salatiga. Masjid jami memiliki lahan yang cukup luas, yaitu ± 50×40 m2.  
Masjid Jami dibangun pada tahun 1835 oleh K. Ronostriko. Beliau adalah salah satu prajurit diponegoro yang melarikan diri.  Beliau melarikan diri pada saat perang dipenogoro telah usai (1925-1930). Pada saat itu terjadi beberapa penolakan dari masyarakat sekitar, hal ini dikarenakan kepercayaan animisme yang dianut oleh masyarakat. Namun, K. Ronostriko tetap melanjutkan proses pembangunan masjid jami ini. Dengan bantuan dana yang berasal dari swadaya pemerintah sebesat ± 5 juta dan sisanya berasal dari kotak amal jumatan, memperlancar proses  pembangunan masjid Jami.
Saat ini, masjid Jami masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah umat islam. Masjid ini diurus oleh Bpk. Hj. Rinto Wiguna, beliau merupakan narasumber yang saya wawancarai. Bpk. Hj. Rinto tinggal sendiri di rumah kecil yang berada tepat di samping kanan masjid.  Sampai saat ini, usia Bpk. Hj. Rinto sudah menginjak angka 81. Namun, dengan usia yang semakin tua, tidak mengurangi ketelatenan Bpk. Hj. Rinto dalam menjaga tempat ibadah ini.
Terdapat banyak kegiatan yang rutin dilakukan pada masjid Jami, diantaranya pengajian dan TPQ. Kegiatan pengajian dilakukan mulai pukul 7 malam dengan membaca surat tahlil, setelah itu pada pukul 8-9 malam barulah pengajian dimulai. Kegiatan pengajian ini pada umumnya dilakukan oleh jamaah yang berasal dari masyarakat sekitar yang mayoritas ibu-ibu. Tujuan dari dilakukannya kegiatan ini adalah untuk pembinaan mental.
Selain pengajian, masjid Jami juga memiliki kegiatan rutin yang dinamakan TPQ. TPQ merupakan singkatan dari Taman Pendidikan Qur’an. Kegiatan TPQ dilakukan setiap hari kecuali hari jumat. Kegiatan TPQ biasanya di ikuti oleh anak-anak yang berada di bawah kelas 1 SD. Disini, anak-anak diajarkan untuk dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan lancar. Para pengajar sendiri merupakan para remaja masjid Jami.
Masjid Jami merupakan masjid yang besar. Terdapat banyak kegiatan yang dilakukan di dalam masjid ini. Kegiatan tersebut tentunya memakan biaya yang cukup besar pula. Seperti penggunaan air untuk wudhu, listrik untuk mengumandangkan 5 adzan dalam sehari, dan biaya kebersihan masjid. Oleh karena itu, Masjid Jami menyediakan kotak amal. Kotak amal inilah yang menjadi sumber dana masjid untuk membayar beban-beban pada setiap bulannya.
Masjid Jami rutin melakukan kegiatan sosial. Kegiatan sosial biasanya dilakukan pada saat hari perayaan umat muslim, contohnya idul adha. Pada perayaan Idul Adha ini seluruh umat muslim yang tergolong mampu diwajibkan untuk berqurban. Berqurban yang dimaksud adalah mempersembahkan daging ke masjid. Tidak semua daging dapat diqurbankan, daging yang dapat diqurbankan adalah daging kambing, kerbau, dan lembu. Daging qurban tersebut kemudian dikumpulkan di masjid yang selanjutnya akan dibagikan kepada masyarakat kurang mampu.
Kegiatan sosial masjid Jami tidak hanya dilakukan pada saat perayaan idul adha saja. Masjid Jami juga melakukan kegiatan sosial pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Pada saat itulah umat muslim memberikan sumbangan zakat fitrah. Zakat fitrah dapat berupa beras atau uang. Takaran beras untuk satu orang adalah 2,5 kg atau uang tunai seharga dengan 2,5 kg beras. Zakat fitrah ini wajib dilakukan oleh seluruh umat muslim, tidak terkecuali bayi yang baru lahir. Zakat fitrah ini dilakukan untuk menyucikan diri dalam menjelang hari raya Idul Fitri.